Aku telah memilih zaman dimana kata-kata tak pernah kehilangan makna. Surut ke belakang, lalu berjalan dalam diam, mengendapkan aneka suara, mengalirkan hilir keterasingan pada sejumlah benda dan ketakbermaknaan yang kau sebut kesunyian maha sempurna. Merapikan detak-detik kehilangan dalam sebuah tenun kebersamaan dimana jarak pendek antara hidup dan mati masih karib kau nasabkan lewat sejumlah petualangan dimana hidup bersahaja menjadi pamuncak dari segala cita. Aku memilih zaman, dimana kehilangan tetap menjadi rongga dan lubang menyakitkan yang sengaja kau goreskan dengan memanjang dalam kesenyapan. Aku Memilih Zaman